UTS-3 — My Stories for You
🌙 Gagal, Bangkit, dan Bersyukur
Ada satu masa dalam hidup saya yang tidak akan pernah saya lupakan —
masa ketika saya gagal masuk ITB lewat UTBK.
Saya masih ingat jelas hari itu.
Hasilnya keluar, dan nama saya tidak ada di daftar.
Dunia rasanya berhenti. Semua usaha, doa, dan waktu yang saya curahkan seolah tidak berarti apa-apa.
Yang paling menyakitkan bukan sekadar gagal,
tapi rasa kecewa pada diri sendiri —
karena saya merasa sudah diberikan begitu banyak oleh orang tua: fasilitas les, dukungan penuh, bahkan keyakinan bahwa saya bisa.
Teman-teman saya juga tidak menjauh; mereka malah menjadi tempat penopang. Mereka mengingatkan bahwa nilai diri saya tidak ditentukan oleh hasil ujian semata.
Dari situ saya belajar bahwa kegagalan bukan tanda akhir, tapi awal dari perjalanan baru.
Saya mulai belajar lagi — bukan hanya tentang pelajaran akademik, tapi tentang keteguhan, keikhlasan, dan arti dukungan.
Dan perlahan, saya bangkit.
Saya belajar memperbaiki cara belajar saya, memperkuat niat, dan berusaha tanpa beban berlebihan.
Hingga akhirnya, saya diterima di ITB, kampus yang dulu terasa seperti mimpi yang gagal saya genggam.
💭 Refleksi
Kalau saya menoleh ke masa itu, saya tidak lagi melihat kegagalan.
Saya melihat sebuah proses pembentukan diri.
Saya belajar bahwa …